Sebagian
besar masyarakat Bali sudah pasti mengenal Teluk Benoa, sebuah tempat
yang terkenal akan keindahannya dan sudah menjadi obyek wisata favorit
masyarakat Indonesia hingga Mancanegara. Salah satu keindahan yang
terkenal berasal dari kelestarian Konservasi Taman Hutan Mangrove dan
wahana olahraga air yang menjadi andalannya.
Keindahan Teluk Benoa tersebut kini sudah memudar, dikarenakan terjadi pendangkalan Teluk Benoa yang merupakan muara dari beberapa Tukad/Sungai di Bali, diantaranya Tukad Badung, Tukad Mati, Tukad Teba yang berkontribusi membawa sediment berupa lumpur yang semakin hari membuat endapan semakin tinggi. Selain itu terjadi penumpukan sampah di daerah sekitar mangrove yang berdampingan langsung dengan tempat tinggal warga. Sampah tersebut diantaranya adalah sampah medis, bangkai kapal, limbah ternak ayam, limbah oli, dan sebagainya yang menyebabkan mangrove di sekitar tumpukan tersebut menjadi rusak dan mati. Pendangkalan Teluk Benoa ditambah pasang surut menyebabkan wahana olahraga air hanya beroperasi sekitar 4 jam dalam sehari (Saat pasang di siang hari).
Berbagai kondisi factual di lapangan tersebut memunculkan rencana untuk merevitalisasi kawasan Teluk Benoa yang tidak produktif menjadi kawasan hijau yang produktif melalui #RevitalisasiTelukBenoa.
Revitalisasi Teluk Benoa dengan konsep Green Development berfilosofi TRI HITA KARANA sebagai kegiatan tata letak Prahyangan, Pawongan dan Palemahan, serta penerapan Sistem Subak di dalam tata kelola pengendalian air. Rangkaian Kegiatan lainnya seperti menanam, menjaga dan merawat mangrove, melakukan pendalaman alur sungai alami yang mengalami pendangkalan, dan membuat lahan baru dengan cara reklamasi di sekitar Teluk Benoa.
Dengan demikian, Revitalisasi Teluk Benoa dapat menambah luasan ruang terbuka hijau dan semakin membangun citra Bali sebagai kawasan Eco-Tourism yang ramah lingkungan; Menjaga, melindungi, dan memperluas hutan bakau (Tahura); Menambah daya Tarik pariwisata dengan adanya icon baru yang unik dan komplit; Meningkatkan kuantitas dan kualitas fasilitas social dan fasilitas umum serta bertambahnya objek tempat rekreasi; Sebagai sarana untuk menjaga, melestarikan, dan mengembangkan kreativitas seni dan budaya Bali agar semakin mendunia; Menciptakan lapangan kerja baru, serta mendorong tumbuhnya kegiatan dan terciptanya peluang ekonomi baru; Meningkatkan kesejahteraan masyarakat; Semakin tertatanya kehidupan social budaya masyarakat karena konsep pemanfaatan dan pengembangan senantiasa berpedoman pada prinsip nilai Tri Hita Karana; dan Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Badung, Provinsi Bali, maupun Pemerintah Nasional.
Kami Yayasan Bumi Bali Bagus tidak ingin Teluk Benoa semakin rusak dan mangrove kita hilang. Harapan kami kepada Bapak Jokowi dan seluruh elemen masyarakat Bali/Indonesia untuk menyamakan visi mendukung #RevitalisasiTelukBenoa, untuk Bali dan Indonesia yang lebih baik. Mari bersuara menyebarkan petisi sebanyak-banyaknya, Tandatangani dan mari sebarkan petisi ini. Suksma
#RevitalisasiTelukBenoa
Keindahan Teluk Benoa tersebut kini sudah memudar, dikarenakan terjadi pendangkalan Teluk Benoa yang merupakan muara dari beberapa Tukad/Sungai di Bali, diantaranya Tukad Badung, Tukad Mati, Tukad Teba yang berkontribusi membawa sediment berupa lumpur yang semakin hari membuat endapan semakin tinggi. Selain itu terjadi penumpukan sampah di daerah sekitar mangrove yang berdampingan langsung dengan tempat tinggal warga. Sampah tersebut diantaranya adalah sampah medis, bangkai kapal, limbah ternak ayam, limbah oli, dan sebagainya yang menyebabkan mangrove di sekitar tumpukan tersebut menjadi rusak dan mati. Pendangkalan Teluk Benoa ditambah pasang surut menyebabkan wahana olahraga air hanya beroperasi sekitar 4 jam dalam sehari (Saat pasang di siang hari).
Berbagai kondisi factual di lapangan tersebut memunculkan rencana untuk merevitalisasi kawasan Teluk Benoa yang tidak produktif menjadi kawasan hijau yang produktif melalui #RevitalisasiTelukBenoa.
Revitalisasi Teluk Benoa dengan konsep Green Development berfilosofi TRI HITA KARANA sebagai kegiatan tata letak Prahyangan, Pawongan dan Palemahan, serta penerapan Sistem Subak di dalam tata kelola pengendalian air. Rangkaian Kegiatan lainnya seperti menanam, menjaga dan merawat mangrove, melakukan pendalaman alur sungai alami yang mengalami pendangkalan, dan membuat lahan baru dengan cara reklamasi di sekitar Teluk Benoa.
Dengan demikian, Revitalisasi Teluk Benoa dapat menambah luasan ruang terbuka hijau dan semakin membangun citra Bali sebagai kawasan Eco-Tourism yang ramah lingkungan; Menjaga, melindungi, dan memperluas hutan bakau (Tahura); Menambah daya Tarik pariwisata dengan adanya icon baru yang unik dan komplit; Meningkatkan kuantitas dan kualitas fasilitas social dan fasilitas umum serta bertambahnya objek tempat rekreasi; Sebagai sarana untuk menjaga, melestarikan, dan mengembangkan kreativitas seni dan budaya Bali agar semakin mendunia; Menciptakan lapangan kerja baru, serta mendorong tumbuhnya kegiatan dan terciptanya peluang ekonomi baru; Meningkatkan kesejahteraan masyarakat; Semakin tertatanya kehidupan social budaya masyarakat karena konsep pemanfaatan dan pengembangan senantiasa berpedoman pada prinsip nilai Tri Hita Karana; dan Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Badung, Provinsi Bali, maupun Pemerintah Nasional.
Kami Yayasan Bumi Bali Bagus tidak ingin Teluk Benoa semakin rusak dan mangrove kita hilang. Harapan kami kepada Bapak Jokowi dan seluruh elemen masyarakat Bali/Indonesia untuk menyamakan visi mendukung #RevitalisasiTelukBenoa, untuk Bali dan Indonesia yang lebih baik. Mari bersuara menyebarkan petisi sebanyak-banyaknya, Tandatangani dan mari sebarkan petisi ini. Suksma
#RevitalisasiTelukBenoa
No comments:
Post a Comment