Badung -Pro
dan kontra menghiasi media massa di Indonesia mengenai Revita, baik
media massa cetak maupun elektronika, juga tidak ketinggalan Sosial
Media (Sosmed) baik twitter, facebook media online ramai
memperbincangkan pro dan kontra tersebut, sehingga timbul kesan adanya
perang media maupun media sosial.
Terlepas dari pro dan kontra adanya Revitalisasi Teluk Benoa tersebut, maka banyak kalangan mengadakan uji kelayakan baik dari para akademisi Kampus dalam negeri hingga luar negeri sehingga kebanyakan hasilnya mendukung adanya Revitalisasi Teluk Benoa yang akan membuat masyarakat Bali terangkat perekonomiannya, juga dapat menyerap 250.000 tenaga kerja penduduk asli Badung dan sekitarnya.
Latar Belakang Rencana Revitalisasi
Pembangunan selalu berkembang yang
ditandai dengan pertumbuhan penduduk, urbanisasi dan migrasi, serta
pergeseran peruntukan lahan yang menyebabkan alih fungsi lahan meningkat
setiap tahun. Terjadinya alih fungsi lahan tersebut disebabkan berbagai
faktor antara lain: pelaksanaan tata ruang yang tidak konsisten,
pengendalian yang lemah, serta kesadaran masyarakat dalam menaati
rencana tata ruang yang masih rendah. Kemajuan menuntut perubahan.
Perubahan inilah yang wajib menjadi pemikiran kita bersama.
Bali yang secara geografis sangat sempit,
terus mengalami pengurangan lahan pertanian karena alih fungsi akibat
kemajuan pembangunan. Untuk itu, kita harus memikirkan berbagai upaya
terobosan dalam menjaga perkembangan pembangunan pariwisata kita sejalan
dengan kelestarian pertanian sebagai nafas kebudayaan Bali. Konsep
pariwisata budaya yang merupakan ikon pariwisata Bali, tidak bisa kita
kembangkan hanya dengan mengandalkan apa yang ada dan apa yang kita
miliki saat ini. Diperlukan berbagai program terobosan dalam pembangunan
pariwisata, yang tetap mendukung kelestarian alam dan budaya Bali,
sesuai slogan “Pariwisata untuk Bali”.
Di sisi lain, beberapa pantai di Pulau
Bali merupakan daerah yang rawan bencana, khususnya bencana tsunami.
Menjadi kewajiban kita untuk melakukan langkah-langkah antisipasi dan
mitigasi bencana tersebut. Sejalan dengan kemajuan pembangunan di
wilayah Bali selatan, eksploitasi yang berlebihan terhadap alam dan
lingkungannya, harus diimbangi dengan upaya pelestarian lingkungannya.
Dipilihnya rencana reklamasi di kawasan Teluk Benua, mengingat kondisi di wilayah perairan tersebut yang salah satunya adalah keberadaan Pulau Pudut, sudah sangat terancam yang salah satunya akibat perubahan iklim global.
Tujuan pemanfaatan kawasan Teluk Benoa
antara lain untuk mengurangi dampak bencana alam dan dampak iklim
global, serta menangani kerusakan pantai pesisir. Kebijakan rencana
pengembangan Teluk Benoa adalah untuk meningkatkan daya saing dalam
bidang destinasi wisata dengan menciptakan ikon pariwisata baru dengan
menerapkan konsep green development, sebagai upaya mitigasi bencana,
khususnya bahaya tsunami. Reklamasi ini akan menambah luas lahan dan
luas hutan bagi Pulau Bali, yang tentu sangat prospektif bagi kemajuan
dan kesejahteraan masyarakat Bali, apabila dikelola dengan tepat, arif
dan bijak.
Revitalisasi untuk Masa Depan
Pengelolaan wilayah perairan Teluk Benoa
seluas 838 Ha, menurut rencana yang masih harus menunggu kajian final,
sebagian besar diantaranya atau sekitar 438 Ha akan dibangun hutan
mangrove. Sementara sekitar 300 Ha dibangun fasilitas umum seperti art
centre, gedung pameran kerajinan, gelanggang olahraga, tempat ibadah,
sekolah, dsb, dan hanya sebagian kecil atau sekitar 100 Ha dibangun
akomodasi pariwisata. Kawasan tersebut sekaligus menjadi penyangga
wilayah Bali selatan, yang dikembangkan tetap berdasarkan filosofi tri
hita karana.
Dalam perkembangan pembangunan ke depan, revitalisasi dan kehadiran pulau baru ini memiliki keuntungan bagi Bali sebagai berikut:
1. Secara geografis, luas pulau Bali akan
bertambah. Pulau baru yang dibangun investor di kawasan ini akan
menjadi milik Bali, milik masyarakat Bali. Demikian pula luas hutan
kita, khususnya hutan mangrove, akan bertambah. Keberadaan hutan bakau
yang sangat luas di kawasan tersebut, akan sangat melindungi kawasan
pesisir dari ancaman abrasi akibat iklim global, termasuk melindungi
Bali dari bencana tsunami
2. Dalam hal lapangan kerja, dibangunnya
akomodasi pariwisata dan fasilitas umum akan memberikan peluang lapangan
kerja bagi masyarakat Bali dalam 5 sampai 10 tahun mendatang.
Diperkirakan sekitar 250.000 lapangan kerja baru akan tersedia di
kawasan ini. Saat ini jumlah angkatan kerja, khususnya lulusan perguruan
tinggi, terus bertambah.
Sementara lapangan kerja mengalami
stagnasi, karena sangat bergantung pada kondisi dan perkembangan
pariwisata yang sangat rentan terhadap kondisi keamanan, dan kondisi
sosial lainnya. Sebagai contoh, pada saat diskusi digelar, berlangsung
upacara wisuda lulusan Universitas Udayana. Saat itu lebih dari 900
mahasiswa diwisuda, dari jenjang diploma hingga pasca sarjana. Mungkin
sebagian dari jumlah itu sudah bekerja, sementara sebagian lainnya
menjadi pengangguran. Belum lagi lulusan perguruan tinggi negeri dan
swasta lainnya di Bali yang berjumlah sekitar 40 buah, yang meluluskan
mahasiswanya ratusan orang setiap tahun, bahkan ada Perguruan Tinggi
yang melaksanakan wisuda dua sampai tiga kali dalam setahun.
Dapat dihitung berapa lulusan perguruan
tinggi yang berpotensi menganggur bertambah setiap tahun. Demikian pula
lulusan SMA/SMK yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, mereka
adalah angkatan kerja potensial yang belum tentu semuanya mendapatkan
pekerjaan. Angka pengangguran kita di Bali saat ini memang terbaik di
tanah air, tetapi itu tidak menjamin dalam tahun-tahun mendatang dapat
bertahan, apabila kita tidak berupaya menyiapkan lapangan kerja baru
seluas-luasnya. Terlebih lagi tahun 2015 Indonesia telah menjadi bagian
dari Komunitas Tunggal ASEAN, sejalan dengan diberlakukannya ASEAN Free
Trade Area (AFTA), MEA.
Dalam masa tersebut, para pekerja dari
luar negeri akan datang ke Bali untuk bersaing mendapatkan pekerjaan
dalam seluruh bidang, mulai dari manager, sopir, sampai tukang sapu.
Keberadaan lapangan kerja baru akan sangat membantu persaingan kerja
bagi para tenaga kerja lokal Bali. Demikian pula para penari dan seniman
lulusan SMK Kesenian, dan juga perguruan tinggi seni, akan mendapat
kesempatan luas untuk tampil dengan dibangunnya art centre dan akomodasi
pariwisata baru.
3. Dalam mendukung pembangunan
pariwisata, keberadaan pulau reklamasi akan menjadi destinasi wisata
baru. Konsep pariwisata budaya mutlak diimplementasikan dalam membangun
dan mengembangkan kawasan dan atraksi wisata di kawasan tersebut.
Kejenuhan wisatawan asing atas atraksi dan obyek wisata yang ada saat
ini, wajib diantisipasi untuk 5 sampai 10 tahun ke depan. Kita berharap
pariwisata budaya kita menuju quality tourism, dalam arti wisatawan yang
datang adalah yang memang berwisata dan berbelanja di Bali. Di sisi
lain, kita tidak boleh menutup mata terhadap kemajuan yang dialami
pariwisata negara-negara tetangga, seperti Thailand, Malaysia, dan
Singapura. Kita tidak boleh malu belajar dari kemajuan yang mereka
capai. Belum lagi daerah-daerah lainnya di tanah air yang sedang
gencar-gencarnya membangun pariwisatanya, mulai dari yang terdekat yaitu
Banyuwangi dan NTB, sampai pada pengembangan Kepulauan Raja Ampat, yang
sangat berobsesi mengalahkan kemajuan pariwisata Bali. Kawasan yang
sudah ada di Bali, sangat sulit dikembangkan mengingat sempitnya lahan.
Oleh karena itu, kawasan pulau baru akan mudah dikembangkan termasuk
melalui diversifikasi program dan atraksi wisata budaya. Para perajin
kita telah disediakan arena pameran dan promosi. Para seniman, budayawan
dan sekaa-sekaa kesenian yang ada, akan disiapkan art centre dan
panggung-panggung seni lainnya, sehingga akan mendorong kelestarian seni
budaya kita.
Senada dengan penjabaran di atas, maka
menurut Komang Gde Subudi, Ketua Yayasan Bumi Bali Bagus mengatakan,
sebagai orang asli Bali, ia melihat rencana revitalisasi Teluk Benoa ini
beritikad baik. Dari awal, ucapnya, pihak investor sudah benar dalam
melakukan kajian, dan tahapannya,”katanya beberapa waktu lalu.
“Kami lihat mereka serius, lakukan kajian
dan tahapannya, tidak asal-asalan membangun. Terlebih, pihak investor
juga berkomitmen untuk jaga lingkungan. Revitalisasi Teluk Benoa ini
penting untuk masyarakat Bali,” jelasnya.
Subudi pun mengatakan penolakan terhadap rencana revitalisasi Teluk Benoa tak lepas dari efek persaingan Pilkada Gubernur dulu. Pihak yang kalah tidak senang jika Gubernur sukses dalam melakukan pembangunan di Bali.
“Yang menolak itu bagian kecil saja dari
masyarakat Bali. Mereka terlihat besar karena gunakan media sosial. Kami
yakin masyarakat Bali bersikap dewasa dalam sikapi rencana
revilatisasi. Kami optimis revitalisasi Teluk Benoa ini bisa terwujud,”
pungkasnya.(dbs/Muhidin)
No comments:
Post a Comment