Padahal, kata Ketut Wiana, mereka yang kerap memfitnah itu tidak ahli soal lingkungan.
Selain itu, pihak yang memfitnah sebenarnya tidak mengerti apa yang
akan dilakukan dalam revitalisasi berbasis reklamasi di Teluk Benoa.
Ketut mengatakan, Revitalisasi Teluk Benoa (RTB) justru bertujuan
memperbaiki, menata, dan menjaga lingkungan di Teluk Benoa agar lebih
bermanfaat bagi masyarakat Bali.
"Di Kongres PHDI ini, kami tidak hanya membahas soal keagamaan. Tapi
juga fenomena sosial kemasyarakatan, salah satunya rencana revitalisasi
di Teluk Benoa, Bali. Ada pihak yang kerap memfitnah bahwa akan
dilakukan reklamasi yang bisa merusak lingkungan di Teluk Benoa. Mereka
yang fitnah ini tidak ahli soal lingkungan. Sebetulnya bukan reklamasi
tapi revitalisasi. Revitalisasi ini bukan merusak, tapi memperbaiki
lingkungan," kata Ketut Wiana, ketika dihubungi di sela-sela Kongres
PHBI, Sabtu (24/10/2015).
Ketut Wiana yang sudah lebih dari 40 tahun jadi dosen di Institut Hindu
Dharma Negeri (IHDN) Denpasar ini mengatakan kondisi lingkungan di
Teluk Benoa sangat memprihatinkan.
Selain banyak sampah, juga terjadi abrasi dan sedimentasi yang bisa
merusak lingkungan dan tanaman mangrove. Kondisi lingkungan yang rusak
itu sangat merugikan masyarakat sekitar.
"Ada yang sok-sokan bilang revitalisasi akan rusak Teluk Benoa. Itu
tidak benar, itu fitnah. Kalau Teluk Benoa tidak direvitalisasi, maka
akan semakin rusak parah. Sekarang saja sudah banyak sampah menumpuk,
abrasi, dan sedimentasi di Teluk Benoa," ucap Ketut Wiana.
"Naskah dan konsep RTB sudah saya baca semua, sampai gambar-gambarnya
pun saya lihat. RTB ini akan memperbaiki kawasan Teluk Benoa yang sudah
rusak, lalu ditata, dijaga, dan dikembangkan demi bermanfaat bagi
masyarakat Bali. RTB ini baik sekali manfaatnya untuk masyarakat Bali,"
ujar Ketut Wiana lagi. [bbn/inilahcom]
#RevitalisasiTelukBenoa
No comments:
Post a Comment